Selamat Datang Di Sekolah Polisi Negara Purwokerto

Untuk Belajar dan Berlatih



GIAT SISWA DIKTUK

tvonline

http://www.flickr.com/photos/spnpurwokerto/show/

Rabu, 17 Agustus 2011

RENUNGAN SUCI TMP TANJUNG NIRWANA PURWOKERTO



Rabu, 17 Agustus 2011, 00:33:07 WIB
Renungan Suci di TMP Tanjung Nirwana Purwokerto

Purwokerto: Kombes Pol M.N. Didik Andiono, Rabu (17/8) dini hari, menghadiri upacara kehormatan kepada para pahlawan sekaligus melakukan renungan suci di Taman Makam Pahlawan (TMP) Tanjung Nirwana Purwokerto. Acara ini rutin dilakukan dan dipimpin langsung Kombes Pol. Didik Andiono  guna menyambut HUT Kemerdekaan RI setiap tahun.

Upacara dimulai tepat pukul 24.00 WIB atau pukul 00.00, dan diikuti unsur pimpinan angkatan TNI dan Polri.

TMP Tanjung Nirwana sunyi senyap, tenang, dan hikmat di tengah gelap gulita malam. Ketika Ketua Rombongan  Kombes Pol M.N. Didik Andiono tiba, semua lampu yang ada dimatikan, yang tersisa hanyalah lampu kecil yang ada di sekitar tempat upacara dan pijar api. Langit di atas pekuburan para pahlawan tersebut tampak indah dihiasi bulan purnama.

Upacara Kehormatan diawali dengan pembacaan naskah apel kehormatan oleh Kombes Pol M.N. Didik Andiono  selaku inspektur upacara. Disebutkan, ada pahlawan yang bersemayam di TMP Tanjung Nirwana  ini. pahlawan berasal dari TNI dan Polri, dari Badan Perjuangan, tokoh nasional, dan pahlawan tidak dikenal

Kepada para pahlawan yang tidak dikenal namanya, yang tersebar di berbagai tempat, pemerintah menyatakan hormat yang sebesar-besarnya atas ridho, keikhlasan, dan kesucian pengorbanan mereka dalam mengabdi kepada perjuangan demi kebahagiaan nusa dan bangsa.

"Kami bersumpah dan berjanji perjuangan saudara-saudara adalah perjuangan kami pula, dan jalan kebaktian yang saudara tempuh adalah jalan kami juga. Kami berdoa semoga arwah saudara-saudara diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa di tempat yang sebaik-baiknya," ujar Kombes Pol M.N. Didik Andiono.

Setelah pembacaan naskah apel kehormatan, acara dilanjutkan dengan mengheningkan cipta untuk mengenang arwah para pahlawan, diteruskan penyalaan obor dan pembacaan doa oleh Petugas. Upacara Kehormatan ini selesai pada pukul 00.19 WIB. (jkt)

Jumat, 01 Juli 2011

SEKILAS PERJALANAN SEJARAH KEPOLISIAN DI PURWOKERTO


SEKILAS PERJALANAN SEJARAH KEPOLISIAN DI PURWOKERTO
( Persembahan HUT Bhayangkara ke-65 )


Pendahuluan

            Bangsa yang besar adalah bangsa menghargai jasa pahlawannya, dalam fakta sejarah kota Purwokerto memiliki sumbangsih cukup besar sejak dari awal berdirinya organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia hingga saat ini yang tidak boleh dilupakan oleh generasi-generasi penerus Polri maupun masyarakat dan warga negara Indonesia.

Perkembangan perjalanan sejarah kepolisian di Indonesia sangat sedikit sekali yang di ketahui oleh generasi-generasi saat ini, pada kesempatan HUT Bhayangkara ke-65 ini penulis mengajak untuk mengenang kembali sejarah lahirnya organisasi Polri serta tokoh – tokoh kepolisian yang telah membangun dan membesarkan organisasi Polri khususnya di Purwokerto.

Dalam fakta sejarah kota Purwokerto telah menjadi saksi berdirinya organisasi Polri yang diawali pada tahun 1946 Civil Police yang berkedudukan di Jakarta dibubarkan dan atas saran Kepala Kepolisian Negara (KKN) RS Soekanto kepada Perdana Menteri Sutan Syahrir dan ditetapkan dengan penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/ SD tertanggal 25 Juni 1946 yang mulai berlaku tanggal 1 Juli 1946 menetapkan tanggal 1 Juli sebagai hari keberadaan Jawatan Kepolisian Indonesia langsung dibawah Perdana Menteri dan diperingati setiap tahun sebagai Hari Kepolisian.  

Sejarah Markas Besar Kepolisian Negara RI berpusat di Purwokerto,

            Negara kesatuan Republik Indonesia di Proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai negara yang berdaulat dalam bentuk negara kesatuan dan berbhineka tunggal ika namun pihak penjajah seperti Belanda, Inggris dan Jepang masih ingin menguasai Indonesia sebagai tanah jajahan sehingga bangsa  Indonesia masih dalam situasi memperjuangkan kemerdekaan yang seutuhnya  hingga mendapatkan pengakuan dunia internasional sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.
 
Pada awal kemerdekaan situasi pemerintahan masih belum stabil begitu juga yang terjadi pada awal tahun 1946 Civil Police dibubarkan, dan Kepolisian di Jakarta diambil alih oleh Pihak Belanda. Para Perwira Polisi Republik Indonesia yang tadinya bekerja pada Civil Police dihadapkan kepada dua pilihan, menggabungkan diri dengan Polisi Belanda atau keluar dari Jakarta. Kemelut yang terjadi antara Kepolisian Republik Indonesia dengan Inggris tidak dapat diredakan meskipun telah dibentuk Civil Police yang merupakan kerjasama untuk mengamankan daerah Jakarta. Karena ruang gerak Jawatan Kepolisian semakin sempit dan keadaan politik tak mengijinkan untuk melanjutkan usaha pemerintahan bagi Polisi Pusat di Jakarta, maka diputuskan oleh KKN RS. Soekanto untuk memindahkan Jawatan Kepolisian Negara dari Jakarta Ke Purwokerto pada bulan Pebruari 1946.

Pada pertengahan tahun 1946, untuk melancarkan pembangunan Polisi RS. Soekanto mengajukan saran pertimbangan kepada pemerintah melalui Perdana  Menteri Sutan Syahrir dan atas saran pemerintah ditetapkan penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/ SD tertanggal 25 Juni 1946 yang mulai berlaku tanggal 1 Juli 1946 menetapkan bahwa  Jawatan Kepolisian Negara dikeluarkan dari lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan dijadikan Jawatan tersendiri yang langsung dibawah perdana menteri, maka selanjutnya tanggal 1 juli ditetapkan sebagai hari keberadaan Jawatan Kepolisian Indonesia langsung dibawah Perdana Menteri dan diperingati setiap tahun sebagai Hari Kepolisian; dengan demikian Jawatan Kepolisian Negara RI memiliki keleluasaan untuk menyusun dan membangun Kepolisian sesuai dengan tuntutan kebutuhan negara yang merdeka dan demokratis.
           
Pada Ensiklopedi Kapolri refleksi Pers 1945-2006 R.S Soekanto Tjokrodiatmodjo (hal 49), dijelaskan ada beberapa kejadian dalam perkembangan organisasi Kepolisian setelah  Kepolisian Negara berpusat di Purwokerto, dalam mencari tempat memindahkan kantor Jawatan Kepolisian tidak menemui kesulitan karena ajudan KKN R. Toti Soebinto mempunyai ayah seorang Patih Banyumas yang berkedudukan di Purwokerto, Kepolisian Negara RI menempati kantor Residen Banyumas sedang keluarga RS. Soekanto menempati rumah di jalan sekolah Purwokerto. Keadaan yang sangat sulit saat itu dengan bermodalkan semangat kerja keras, karena kesulitan gedung tempat bekerja ada bagian-bagian yang tidak dapat disatukan dalam satu kompleks secara horizontal yang terdiri dari Bagian Tata Usaha, Keuangan, Perlengkapan, Organisasi, Pengawasan Aliran Masyarakat dan Pengurusan Kejahatan. Kedududukan Bagian Keuangan terletak di jalan Gereja No.2 Purwokerto dan bagian Organisasi berada di Banyumas.

Untuk pertama kalinya di Purwokerto diadakan Konfrensi Dinas Kepala Kepolisian dan Kepala Penilik Kepolisian, yang diikuti oleh seluruh pejabat kepolisian di Jawa dan Madura dengan menghasilkan suatu kesepakatan guna mencapai suatu Korpsgeest (menyeragamkan nama dan susunan kepangkatan) yang berada ditiap karisidenan serta  persamaan cara bekerja di lingkungan kepolisian.

Langkah-langkah strategis

            Dalam buku biografi Jenderal Polisi R.S Soekanto Tjokrodiatmodjo (1991), langkah-langkah strategis setelah membentuk kantor pusat dan bagian-bagian yang berkedudukan tersebar di Banyumas dan Purwokerto, pendirian lembaga pendidikan di Mertoyudan Magelang, menertibkan tata cara pengangkatan pegawai, menyusun dinas pengawasan aliran masyarakat ( PAM ), membentuk Mobile Brigade (Mobrig) dan menyusun Polisi lalu lintas dengan seragam baru dengan topi helm dari bambu dengan rompi putih.
           
 Kantor – kantor yang berkedudukan di Banyumas dan Purwokerto, antara lain kantor Residen  Banyumas menjadi kantor Kepolisian Negara RI, dan bagian keuangan di jalan gereja No.2 Purwokerto, Selanjutnya dalam perkembangan saat ini kantor Kepolisian Negara RI menjadi SMA Negeri I Purwokerto dan bagian keuangan kepolisian menjadi SMP Bruderan Purwokerto.



























Gedung KKN Tempo dulu                               



 Gedung SMA 1 Purwokerto 2011 ( 2011)






























Gedung Keuangan Tempo Dulu                      






























Gedung SMP Bruderan Purwokerto (2011)

Lembaga pendidikan di Mertoyudan Magelang,

            Pada tanggal 17 Juni 1946 didirikan sekolah polisi di Mertoyudan Magelang  yang memiliki 2(dua) bagian yaitu bagian tinggi mendidik calon inspektur Polisi dan komisaris Polisi, bagian rendah yang membentuk agen, selanjutnya pada tanggal 6 Pebruari 1947 bagian tinggi dirubah namanya menjadi Akademi Polisi dan dalam bulan April 1947 dipindahkan ke Yogyakarta, merupakan Perguruan Tinggi Dinas yang pertama di Indonesia.










Tata cara pengangkatan pegawai,

Menciptakan peraturan-peraturan baru mengenai pakaian dinas, tanda-tanda kepangkatan, tata tertib, tata susila (etika) dan pembarisan (peraturan baris-berbaris) serta menertibkan pengangkatan pegawai kader yang telah dilakukan Gubernur dan Residen-Residen pada awal kemerdekaan.

Dinas pengawasan aliran masyarakat ( PAM ),
Bagian pengawasan aliran masyarakat dibentuk yang bertujuan untuk mengatasi gangguan keamanan yang disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang dipimpin oleh R.Moch.Oemargatab. selanjutnya dalam  perkembangannya berdasarkan surat KKN No: Pol. 68/staf/PAM tanggal 22 September 1949 dengan tugas : mengawasi aliran agama, ketahayulan, pendapat umum dalam pers, radio, kebudayaan, bioskop, kesusasteraan dan pergerakan sosial, keadaan ekonomi, bangsa asing dan mata-mata musuh.

Membentuk Mobile Brigade (Mobrig)
Nama Tokubetsu Keisatsu Tai kemudian secara otomatis di Indonesiakan dengan sebutan bermacam-macam, seperti ; Pasukan Polisi Istimewa, Polisi Istimewa atau Barisan Polisi Istimewa. Sebutan yang bermacam-macam ini kelak akan disatukan dengan sebutan Mobile Brigadde dan kemudian menjadi Brigade Mobile (Brimob). Di dalam usaha penyempurnaan Pasukan Polisi Istimewa (ketika itu masih terdapat banyak sebutan seperti Polisi Istimewa, Pasukan Polisi Istimewa, Barisan Polisi Istimewa) Komisaris Polisi TK.I Soemarto, yang ketika itu menjabat Wakil Kepala Kepolisian Negara mempunyai inisiatif agar Pasukan Polisi Istimewa diubah namanya menjadi Mobile Brigadde. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar menjadi kesatuan pasukan yang berdisiplin tinggi, kompak, loyal, penuh dedikasi dan mampu bergerak secara cepat dan dinamis.  Pada tanggal 17 September 1946, Kepala Kepolisian RS. Soekanto Tjokrodiatmojo, memberi kuasa kepada komisaris Polisi M. Yasin untuk melakukan berbagai usaha persiapan pembentukan Mobile Brigadde. Berdasarkan Surat Perintah Kepala Muda kepolisian No. Pol. : 12/78/91 sejak tanggal 14 Nopember 1946 secara De Yure (resmi) Mobile Brigade telah lahir. Atas pendapat senior di kalangan Brimob, lahirnya Mobile Brigadde di hitung sejak tanggal 14 Nopember 1946. Hal ini sekaligus dimaksudkan untuk menghargainya dan telah banyak pula anggota Polisi pasukan Istimewa yang telah gugur. 

Setelah pembentukan Mobrig tanggal 14 Nopember 1946, disetiap keresidenan dibentuk Mobile Brigadde Keresidenan (MBK). MBK berkekuatan satu kompi, jumlah personel kurang lebih 100 orang. Di samping MBK, di bentuk pula Mobile Brigadde Besar Djawatan Kepolisian Negara (MBB-DKN) yang berkekuatan satu batalyon.
Dengan Surat Keputusan Departemen Kepolisian negara No. Pol. : 13/MB/1959, tanggal 25 April 1959 maka kesatuan Mobrig diubah susunannya menjadi tingkat Batalyon. Batalyon Brimob pertama di bawah pimpinan AKP. I.R.Boediyoewono Gagak Pranolo. Batalyon ini ditugaskan dalam operasi militer memberantas PRRI di Pekanbaru Sumatera.

Membentuk Polisi lalu lintas dengan seragam baru
Dalam tugasnya polisi lalu lintas yang dibentuk bertugas mengurus lalu lintas, kecelakaan lalu lintas, nomor bewijs, motor brigade keramaian dan komando pos radio serta bengkel











          








Polisi Lalu lintas Tempo Dulu



Agresi militer Belanda pertama ke Indonesia,
Dalam buku 20 tahun perkembangan Angkatan Kepolisian Republik Indonesia (INKOPAK 1967), Belanda melakukan serangan umum terhadap daerah-daerah yang dikuasai Republik Indonesia pada tanggal 21 Juli 1947 dengan terjadinya agresi Militer Belanda pertama  menyebabkan berhentinya pembangunan Kepolisian, karena Polisi Negara turut serta dalam bidang pertahanan disamping menunaikan tugas kepolisian biasa. Sehingga selama aksi militer Belanda pertama, pimpinan Jawatan Kepolisian Negara secara darurat diserahkan terimakan dari Jenderal Polisi RS Soekanto kepada Wakil Kepala Kepolisian Negara R. Soemarto, karena RS Soekanto sebagai KKN sedang berada di Yogyakarta karena adanya panggilan pemerintah.

 Purwokerto diduduki oleh Belanda kedudukan Kepolisian Negara dipindahkan ke Candi Wulan dan pada bulan September 1947 Wakil Kepala Kepolisian ditangkap Belanda, maka secara darurat kembali pimpinan Kepolisian diambil alih oleh RS Soekanto yang dibantu dengan staf kecil yang berada di Yogyakarta. Pada tanggal 1 Desember 1947 kembali tersusun secara lengkap organisasi kepolisian yang berkedudukan di Yogyakarta dijalan Reksobayan, namun meskipun keadaan tidak stabil RS Soekanto tetap berusaha mengembangkan kepolisian dengan mendirikan sekolah polisi di Mertoyudan Magelang  yang memiliki 2 (dua) bagian yaitu bagian tinggi mendidik calon inspektur Polisi dan Komisaris Polisi, bagian rendah yang membentuk Agen.

Agresi militer Belanda kedua ke Indonesia,
            Belanda melakukan agresi militernya yang kedua dengan menyerbu Yogyakarta yang bertepatan saat itu KKN RS Soekanto sedang mendapat tugas peninjauan ke luar negeri untuk mengadakan study banding antara kepolisian di luar negeri dan kepolisian Indonesia, disamping tugas-tugas diplomasi dan merebut simpati luar negeri kepada Indonesia. Sementara Wakil KKN R. Soemarto  ditangkap Belanda dan Markas Jawatan Kepolisian Negara di pindahkan ke kewayuhan sebelah barat Yogyakarta yang dipimpin oleh Komisaris Besar Polisi R. Sosro Danukusumo.

Tokoh-tokoh Kepolisian yang berasal dari Purwokerto,


Profil Letjen Pol R. Soemarto.
Lahir di Sokaraja Banyumas, pada tanggal 3 Agustus 1901 dengan riwayat jabatan Tahun 1927 Hoofdrachresceur van politie, tahun 1928 adjun Comissaris van politie pada sekolah Polisi di Sukabumi dan Comissaris van politie di Jawa Tengah, Tahun 1943 Comissaris van politie 1 e kl. Pekalongan.
Di kota Purwokerto tepatnya di desa Kalibagor Letjen Pol R Soemarto dimakamkan dan diabadikan sebagai nama jalan dikelurahan Purwanegara watumas Purwokerto utara.


Makam (Alm) Letjen Pol Soemarto     



Pada Hut Bhayangkara Ke- 65 Ka SPN Purwokerto selaku Pimpinan Rombongan





















  






Nama Letjen Pol Soemarto di abadikan sebagai nama jalan di Purwokerto


Profil Jenderal Polisi Drs. Dibyo Widodo

           Jenderal Polisi Drs. Dibyo Widodo (lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 26 Mei 1946; umur 64 tahun) adalah Kapolri ke 13 yang mempertegas peran kepolisian sebagai pengayom masyarakat. Hal ini sesuai dengan latar belakang tugas yang diemban oleh lulusan PTIK tahun 1975, yang tidak bergeser dari berbagai permasalahan yang selalu muncul di masyarakat. Selama periode kepemimpinannya yang ditandai dengan akan adanya peristiwa penting bagi bangsa dan negara yakni Pemilihan Umum tahun 1997, menunjukkan bahwa ia memang dituntut oleh tugas yang memerlukan disiplin tinggi maupun kerjasama tim yang solid.

           Garis kebijakan yang dikeluarkan sejak dilantik tanggal 18 Maret 1996 lalu tertuang dalam butir-butir kebijakan, yaitu: Sosialisasi Gerakan Displin National, Pembentukan/Kerjasama Tim, Konsistensi Pendekatan Hukum, Pelayanan Terbaik dan Amankan dan Sukseskan Pemilu 1997 & Sidang Umum MPR 1998, yang diarahkan untuk mewujudkan penampilan peroranjyan/individu, penampilan satuan dan pennmpilan operasional. Pengalaman lapangan yang luas termasuk daerah yang potensi konfliknya cukup tinggi semacam Surabaya dan Medan, cukup untuk memberi bekal bagi seorang pemimpin dengan beban yang tidak kecil.

Jenderal Polisi Drs. Dibyo Widodo memulai kariernya di kepolisian sejak tanggal 1 Desember 1968 dengan pangkat Inspektur Polisi tingkat II. Mengawali tugas sebagai Perwira Operasi di Komres 1012 Surabaya, kemudian mempersunting Dewi Poernomo Aryanti sebagai isterinya, pasangan tersebut kini dikarunia tiga orang anak, satu diantaranya seorang puteri. Sebagai sosok yang menyusuri kariernya mulai dari jenjang bawah, putra pertama pasangan Drs Soekardi dan Toerniati Sukardi ini pernah menduduki 32 jabatan sebelum sampai puncak kariernya sebagai Kapolri. Hal ini dilalui dengan ketekunan menapaki berbagai jenjang pendidikan maupun kursus dan penataran. Pendidikan umumnya sendiri adalah sampai tingkat SMA pada tahun 1965 yang kemudian dilanjutkan dengan pendidikan di Akademi Angkatan Kepolisian (1968), Bakaloreat PTIK (1972), Doktoral PTIK (1975), Sesko ABRI Bagpol (1981) Lemhanas (1993).  Penyandang brevet Para Brimob Polri, Selam Polri, Selam Angkatan Laut, dan Pandu Udara dari Kopassus Angkatan Darat ini, punya komitmen untuk meningkatkan operasional kepolisian dalam memberantas kejahatan dengan tetap memperhatikan garis-garis kebijakan pendahulunya. Catatan prestasi operasionalnya cukup menonjol ketika bertugas di Operasi Seroja Timor Timur, namun sebenarnya lonjakan kariernya tercatat setelah menyelesaikan tugas sebagai Kapolres Deli Serdang tahun 1986 dan kemudian diangkat sebagai ADC Presiden RI sampai tahun 1992. Berturut-turut setelah itu ia menjabat sebagai Irpolda Sumut, Wakapolda Nusa Tenggara, Wakapolda Metro Jaya, Kapolda Metro Jaya selanjutnya kemudian menjadi Kapolri.

Semasa menjabat Kapolda Metro Jaya banyak langkah-langkah taktis dilakukan maupun tindakan tegas yang acapkali membuat berdebar anak buahnya karena sikapnya yang menindak segala bentuk penyimpangan di lingkungan Polri maupun dalam menghadapi gangguan kamtibmas di ibukota tak segan-segan bertindak keras tanpa pandang bulu.

Untuk melayani dengan cepat segala keluhan masyarakat muncullah gagasan pembentukan satuan Unit Reaksi Cepat atau lebih dikenal dengan singkatan URC, dimana setiap ada laporan dari masyarakat, dalam tempo singkat satuan Polri segera tiba di tempat kejadian. Satuan khusus ini didukung oleh kendaraan roda empat dan roda dua dengan anggota yang terlatih dan handal sehingga mampu menjadi tulang punggung kesatuan Polri dalam mengantisipasi setiap gangguan kamtibmas sehingga masyarakat benar-benar merasa aman dan tenteram. Kehadiran URC di TKP dengan cepat pertama-tama adalah pengamanan TKP dengan memberikan pita kuning bertanda "DILARANG MELINTAS GARIS POLISI" sehingga semua data, baik berupa sidik jari maupun bukti-bukti yang lain belum terjamah oleh orang lain. Hal ini memudahkan petugas Laboratorium Forensik dalam mengidentifikasi setiap bukti yang ada, dan dengan cepat pula dianalisis untuk mengungkap kejadian guna pengusutan selanjutnya. Pada masa kepemimpinannya, Polda Metro jaya benar-benar dibuat tidak pernah tidur dan seolah-olah setiap jengkal tanah di wilayah Jabotabek ini selalu terdengar langkah anggota Polri berjalan seirama detak jarum jam. Sebelum menduduki tampuk pimpinan tertinggi Polri, jauh-jauh hari masyarakat telah meramalkan bahwa nanti Jenderal ini pasti segera berpindah kantor dari Semanggi ke Trunojoyo. Namun semua orang juga tak mengira akan secepat itu penyerahan tongkat komando dari Jenderal Polisi Drs. Banurusman kepada Letjen.Pol. Drs. Dibyo Widodo, sehingga masyarakat pun kembali dibuat seolah seperti kejadian yang tiba-tiba. Dengan pengalaman yang lengkap inilah Jenderal Dibyo Widodo mampu melangkah ke jenjang tertinggi di lingkungan Polri.

Memory  Tahun 1946 bagi  Kota Purwokerto

Tahun 1946 memiliki nilai Historis yang tinggi yang pernah terjadi di Purwokerto dengan melihat fakta- fakta sejarah bagi Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa pada tahun tersebut telah tercatat dalam sejarah :  di Kota Purwokerto pernah menjadi pembentukan Kantor Kepolisian Negara (KKN) dan pernah dipimpin oleh R.Soemarto, ditetapkannya tanggal 1 Juli sebagai hari Kepoliasian (Hari Bhayangkara), dibentuknya Mobile Brigadde (Mobrig) dalam perkembangannya menjadi Brigadde Mobile  (Brimob) dan telah lahir calon Kapolri dan selanjutnya menjadi Kapolri ke-13 Jenderal Polisi Drs. Dibyo Widodo

Penutup

            Sekilas perjalanan sejarah kepolisian di Purwokerto sebagai suatu persembahan dalam rangka Hari Ulang Tahun Bhayangkara ke-65 (1 Juli 2011), semoga bermanfaat serta senantiasa jayalah Bhayangkara dalam mengemban tugas selaku pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat serta penegak hukum.



Sekolah Polisi Negara Purwokerto
Berarti bagi Polri dan masyarakat